Kamis, 10 Maret 2016

Day 8 Masih Lanjutan

alow alowww!! kembali lagi kita berjumpa lewat blog baru saya yang sangat rumit ini.. 

sampe dimana kita kemaren.. dan ehmm setelah saya membaca kembali cacatan saya yang kemarin ternyata kita sudah sampai dicerita saat saya berlibur di kota Biak.

Saya berlibur selama dua minggu dan setelah itu saya balik ke kota kelahiran saya. Selang dua hari setelah kepulangan saya kembali ke kota lembah sunyi, Theo tiba di Biak untuk menghabiskan waktu berlibur dan setelah seminggu di Indonesia, Theo pun kembali ke Manila.

Setelah lulus dari SMP saya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Lagi-lagi, saya harus mengikuti kemauan orang tua saya untuk masuk sekolah yayasan kristen. Tapi saya cukup berprestasi dan pernah menyumbangkan sebuah piala cerdas cermat. Walau sangat membanggakan mama, tapi mama nampak kurang bahagia.

Saya dan mama kadang juga terlibat dalam perdebatan yang hebat. Andai saat itu saya tau mama sudah mulai memasuki jendela kanker, saya tidak akan pernah membuat mama sedih dan beradu argumen. Suatu ketika, saat pulang dari sekolah dan tiba di rumah, mama berteriak sangat kencang memanggil nama saya. Mama sangat takut dan meminta saya melihat keadaan mama yang sedang mengalami pendarahan yang keluar cukup deras. Saya menelpon kakak saya yang sedang bekerja di kantor. Kami membawa mama ke rumah sakit swasta terbaik di kota kami. 

Malam pun tiba dan beberapa anggota keluarga kami yang sedari tadi telah datang dan ikut menjaga mama pun satu persatu mulai pulang ke rumah mereka masing-masing. Si kecil Juriko, anak dari Kak Diane dan Kak Lando juga meminta saya untik mengantarnya pulang. Tapi dia bilang, antarkan dia ke rumah Oma Alberth di Buper. Karena buru-buru saya mengantar nya hanya sampai di depan pagar. 

Beberapa hari setelah dirawat di rumah sakit, keadaan mama berangsur-angsur membaik. Dokter mengizinkan mama untuk pulang kembali ke rumah. Betapa bahagianya hati ini. Kalo gag salah semingguan gitu pas pulang sekolah, ada mobil merah yang parkir di depan rumah. Penasaran.. Lari-larilah saya ke rumah. Eh, ternyata Kak Alberth dan adiknya lagi nawarin pisang hasil kebun mereka. Tapi tak saya gubris. Seperti biasa saya masuk ke dalam rumah dan melihat keadaan mama. 

Karena kak Diane sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai seorang guru di salah satu SMA Negeri di luar kota dan karena tuntutan pekerjaan tersebut ya jadinya kami sangat sulit bertemu dan bercerita lagi serperti dulu.  Sedih sih tapi itu kan demi masa depan kedua anaknya..

Dua tahun kemudian, saya lulus dan mendapat beasiswa untuk kuliah ke Jakarta. Satu bulan pertama, berjalan dengan baik, namun di akhir bulan kedua saya benar-benar tidak mampu bertahan lagi. Tidak ada hal di dunia ini yang sulit saya selesaikan selama mama ada di dekat saya. 

Setiap pagi mama menelpon saya, menanyakan kabar saya. Suara nya semakin hari semakin berubah. Dia selalu berbohong kalo dia baik-baik saja, tapi tidak ada yang bisa mama sembunyikan dari saya saat suara mama terdengar seperti suara radio yang hampir rusak. 

Hari demi hari semakin berat saya rasakan. Saya tidak konsen dalam kelas. Tidak bisa mengerjakan tugas-tugas individu. Tidak bisa belajar dan mempersiapkan diri untuk hari esok. Doa pun serasa tak pernah dijawab..

Dan akhirnya saya di D.O dari kampus. Sangat sedih harus menerima kenyataan bahwa saya gagal di awal pertempuran. Saya kembali lagi ke Jayapura. Mengurus mama saya lagi yang keadaannya membuat saya sangat mengucap syukur bisa pulang dan melihat mama, karna itu merupakan hari-hari terakhir hidup mama di dunia.

Hingga suatu siang yang sangat terik, mama meminta saya untuk membelikan bubur favorit mama sejak dulu. Ya, bubur Manado. Saya pergi dengan berjalan kaki ke warung bubur Manado yang kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dari rumah kami, yah kira-kira satu blok lah. Setelah memesan dan menunggu cukup lama, akhirnya bubur khas kota Manado ini akhirnya jadi juga. 

Sampai di rumah, semuanya masih baik-baik saja. Saya mengantar makanan mama ke kamar mama buat di suapin ke mama, tapi pas sampai di kamar, mama mengeluh dan ngomong gini " sudah,jes,mama sudah tidak sanggup lagi" .

Air mata jatuh tak tertahankan, mendengar hal itu. Keluar busa putih dari mulut mama. Saya sangat panik dan sesegera mungkin menelpon kak Hanel di kator. Dengan kecepatan penuh mengendarai motor matic nya, dia tiba di rumah dan meminta saya memanggil taxi.

Saya berlari ketakutan siang itu. Dan saya menggendong mama naik ke mobil dan membawa mama ke UGD rumah sakit polisi Bhayangkara. Setelah sampai di sana, entah siapa dan dari mana asal nya, tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh sekitar seratus lima puluh enam cm berkulit hitam dan berambut gimbal,memakai kaos oblong berwana putih dan memakai celana selutut dan beralaskan sandal jepit, datang dan menggendong mama masuk ke dalam ruang UGD.

Belum sempat saya berterima kasih, pria itu sudah tidak terlihat lagi. Beberapa menit setelah mereka  menyuntikkan obat penenang ke dlam tubuh mama, semua kakak saya datang. Awalnya mama masih bisa ngomong, tapi tiba-tiba mama mengancing kuat-kuat mulutnya dan kata-kata yang ia bisa utarakan mulai terbatas. 

Tepat pukul enam petang kak Deni dan isterinya datang. Rumah mereka memang agak jauh karena berada di luar kota dan butuh waktu kira-kira satu jam untuk sampai ke rumah sakit. Ketika mereka tiba hanya tinggal satu kata terakhir saja yang dapat mama ucapkan. 
"Jessi"

Dokter memanggil kami semua untuk membecarakan tentang kondisi orang tua kami. " Secara medis, mama sudah tidak bisa lagi disembuhkan, tapi perkataan saya dari segi medis ini sama sakali tidak menghalangi mujizat Tuhan".
Ya Tuhan, ini kah akirnya?? 

Di sabtu pagi ada sebuah permintaan pertemanan di bbm. Nama bbm macam apa nih, EZT ?? Tapi ah , bodo , terima saja lah.Banyak dukungan secara moril juga yang datang dari teman-teman di bbm dan fb. Dan tiba2 .. 
Sebuah pesan bbm masuk
"minta Ping nya dong, lagi mandek parah gila punya nihh!! Thanks b4!!"
EZT
Siapa sih ni orang??Penasaran, akhirnya saya bukalah profil bbm nya. Dan betapa kagetnya saya menihat EZT secara jelas!! Kok mukanya mirip banget yah sama mertua kak Lando??
" Kak Diane, lihat deh, ni orang kok mirip sama opa nya Jurico?? " 
" Dari mana kamu dapat fotonya Acha??"
What?? Jadi ini foto dari anak laki-laki yang selalu diceritakan sama kak Diane??? Jadi ini pangeran impian saya selama ini??

"Ping"
"Ping"
"Ping"
"Ping"
"Maaf mau tanya, kok muka mu mirip sama om.Sam?"
"loh, kamu kok tau??"
Dan percakapan pun di mulai hingga kami membuat janji untuk bertemu di ibadah malam di gedung gereja yang tempatnya gag terlalu jauh dari rumah saya. 
"Hai, saya Jesenia."
"hallo, panggil saja saya Theo"

Di gereja kami banyak bercerita tentang kehidupan kami. Disela-sela khothbah pendeta, saya meraih tangannya dan mencoba meramalkan nasibnya. Saya juga mencoba membaca karakternya lewat tulisan kecil yang sengaja saya minta dia untuk menuliskannya.

Sebenarnya, saya tak tau meramal (hihihihihhhii) . Tapi berhubung nekat pen pegang tangannya si pangeran, jadi yah saya pede-pede aja melakukannya. . hahahahahahaaa
Setelah selesai ibadah, Theo mengarkan saya pulang sambil bergandeng tangan sepanjang jalan sampai tiba di rumah.. Aduw duww,, kayak lagu nya Yuni Sara gitu lah.. Ada rintikan hujannya juga, pokok'e pas bangetlah!! (hemm,rindu)  

Pas sampai di rumah, kakak sepupu saya sudah menunggu saya untuk kembali lagi ke rumah sakit dan menjaga mama. 
Beberapa hari kemudian, mama menghembuskan nafas terkhirnya. Paling tidak, kami semua sudah berusaha sebisa kami untuk mengurus, memberikan pelayanan terbaik buat mama tercinta. 

Setahun berlalu, saya dan Theo pun menikah dan di anugrahkan seorang anak perempuan yang lucu nan imut.
Melalui proses pembelahan rahim atau yang lebih tenar dikenal dengan istilah medis caesar, Gebby lahir ke dunia. 

Yang mau saya ambil buat jadi pelajaran di sini adalah kasih karunia Tuhan Yesus dalam hidup saya. Mengapa begitu?? Karena sebenarnya kalo Anda baca baik-baik, sebenarnya saya dan Theo bisa bertemu sejak dulu.. tapi tidak kan?? Mengapa?? Belum saat nya!!

Tuhan menghadirkan Theo dalam hidup saya, beberapa saat sebelum saya kehilangan mama saya untuk selama-lamanya. Karena Tuhan tau kapan saat yang tepat untuk menghadirkan orang yang tepat dalam kehidupan tiap-tiap orang. Segala sesuatu akan indah pada waktunya.

Sekian dulu perjumpaan kita hari ini.
keep healty yah , guys 
bye :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar